Friday, October 26, 2012

Ciri-Ciri Ayam Pelung

1. Badan
Postur badan ayam pelung besar, tegap dan kokoh.

2. Kaki
Biasanya kaki ayam pelung lebih besar dan berwarna hitam kebiru-biruan, hitam samar biru atau putih kebiru-biruan atau samar biru.

3. Bulu
Bulu pada ayam pelung terlihat lebih mengkilap, dan untuk warna pada bulu ayam pelung yang khas pada umumnya yaitu campuran antara hitam dan merah. Adapun tipe Ayam Pelung Jalak warna bulunya campuran antara merah, hitam, kuning, putih, dan semu hijau.

4.Pial
Pial pada ayam pelung besar, bulat dan berwarna kemerahan.

5.Jengger
Ayam pelung memiliki jengger dengan jenis jengger tunggal, bentuk jengger ayam pelung besar, tebal dan tegak, meskipun ada sebagian ayam pelung yang juga memiliki jengger miring, dan warna jengger ayam pelung adalah merah.

6.Suara
Suara berkokok pada ayam pelung lebih berirama/berlagu dan lebih panjang dari suara ayam buras lain.

Pemilihan Bibit Unggul


Dalam pengembangannya, ditemukan berbagai hambatan untuk meningkatkan produktivitas ayam kampung yang relatif rendah. Hal ini terkait dengan sistem pemeliharaan yang masih tradisional, pakan yang diberikan masih seadanya, dan belum terlaksananya sistem pengendalian penyakit dengan baik. Hambatan-hambatan ini menjadi kendala dalam pengembangan ternak ayam kampung di pedesaan. Dalam pembudidayaan ayam kampung, permasalahan yang sering ditemui adalah penyediaan bibit ayam kampung unggul. Dalam pencarian calon bibit unggul, selain didasarkan dari tampilan luarnya, juga seleksi ayam kampung yang berbasis konsep pemuliaan ternak, sehingga diperoleh bibit unggul, yang pada gilirannya dapat meningkatkan produktivitas ternak. Ciri-ciri bibit unggul ayam, yaitu:

  1. Bagian tubuh tak ada yang rusak atau cacat, misalnya kaki utuh dan leher lurus.
  2. Otot gempal dan kuat, terutama di bagian paha dan dada. Tulangnya juga kuat.
  3. Susunan bulu teratur, saling menghimpit dan tampak mengkilat. Kondisi bulu yang baik mencerminkan kondisi kulit yang baik pula.
  4. Mata cerah dan pandangannya tampak tajam.
  5. Gerakannya gesit yaitu mudah berontak bila dipegang.
  6. Ukuran badannya sedang, tidak kurus dan tidak gemuk.
  7. Induk jantan mempunyai jengger yang berwarna merah cerah, kepala tampak kokoh, paruh pendek, tajam dan kuat.
  8. Jarak ujung tulang dada dengan dubur berjarak minimal tiga jari tangan.

Kontak Kami

Peternakan Ayam Pelung Trah Asli Cianjur-Sukabumi Jawa Barat


Jl. Rancagoong No. 521 RT 04/07 Desa Gegerbitung Kecamatan Gegerbitung 43197 Kabupaten Sukabumi

Contact Person : Mas Agus
0878 22 89 5002

Referensi

  1. Rasyaf M. 1992. Produksi dan Pemberian Pakan Unggas. Hlmn 42-50.Yoyakarta: Kanisius.
  2. Kurniawan. Mengenal Hewan & Tumbuhan Asli Indonesia. Hlmn 7.ISBN :6028526177. Jakarta :Agromedia Pustaka
  3. Sarwono B.1995. Berternak Ayam Buras.halmn 243-244. Jakarta:Penebar Swadaya.
  4. Cambridge Scientific Abstracts, Inc. Internet Database Service. 1970. Zoological record, Jilid 104, Terbitan 18-20. London :Zoological Society.
  5. Sujionohadi K, Setiawan AI. 1993. Ayam Kampung Petelur. Jakarta :Niaga Swadaya.
  6. Rukmana R.2003. Ayam Buras Intensifikasi Dan Kiat Pengembangan. Hlmn 17-25.ISBN:9792106804. Yogyakarta: Kanisius
  7. Murtidjo BA. 1994. Mengelolah Ayam Buras.Hlmn:15-16. ISBN 979-413-740-5.Yogyakarta: Kanisius.
  8. Setyawati D. 2008. 100 Menu Masakan Ayam. hlmn 15.ISBN 602-8260-02-9. Jakarta:Gradien Mediatama.
  9. Kamal. 1994. Kontrol Kualitas Pakan dan Menyusun Pakan Ternak.Yogyakarta: UGM Press.
  10. Wihandoyo. 1991. Serba Serbi Preatasi Ayam Buras. Yogyakarta: UGM Press.
  11. Mansjoer et al. 1990. Pencarian Galur Murni Ayam Kampung, Ayam Pelung dan Ayam Bangkok Dalam Usaha Pelestarian Sumber Genetik Ayam Di Indonesia Laporan Penelitian IPB Bogor.
  12. Muslim DA. MEMELIHARA AYAM KAMPUNG, Sistem Battery.Yoyakarta: Kanisius.
  13. Rasyaf M.1990. Memelihara ayam buras.ISBN :9794133000. Yogyakarta: Kanisius.
  14. Darwati.2000. Produktivitas Ayam Kampung, Pelung dan Resiprokalnya.Jurnal penelitian IPB.
  15. Wiharto. 1991. Ilmu Peternakan Umum. Malang: Nuffic Universitas Brawijaya Malang.

Sejarah Ayam Pelung


Ayam pelung merupakan ayam lokal yang berkembang di Kabupaten Cianjur dan Sukabumi (Jawa Barat). Ayam pelung memiliki sosok tubuh besar dan tegap, temboloknya tampak menonjol. Kakinya panjang, kuat, dan pahanya berdaging tebal. Ayam pelung jantan memiliki Jengger berbentuk wilah yang besar, tegak, bergerigi nyata dan berwarna merah cerah. Ayam pelung betina mempunyai jengger, tetapi jengger tersebut tidak berkembang dengan baik. Ayam pelung jantan dewasa mempunyai bobot badan berkisar antara 3,5 Kg – 5,5 Kg, sedangkan yang betina 2,5 Kg – 3,5 Kg.

Nama ayam pelung umumnya masih belum banyak dikenal di kalangan masyarakat Indonesia. kecuali masyarakat Cianjur dan Sukabumi karena ayam pelung berasal dari daerah tersebut. menurut para pakar pelung, keberadaan ayam pelung sudah dikenal lebih dari satu abad. Ayam pelung ini banyak dikenal oleh masyarakat sekitar kabupaten Cianjur dan Sukabumi.

Mungkin, anda yang membaca artikel ini pun bertanya-tanya sebenarnya apa keistimewaan ayam pelung. ayam pelung merupakan jenis ayam khas dan langka yang hingga sampai sekarang ini masih banyak dipelihara sebagai hewan kesayangan atau kelangenan bagi masyarakat Cianjur dan Sukabumi. Keistimewaan ayam ini adalah suara kokok nya yang panjang dan merdu. menurut pakar pelung, kata pelung berasal dari kata melewung (basa sunda) yang artinya adalah suara besar yang mengalun panjang dan menggema. joago pelung jika sudah berkokok biasanya lehernya terlihat melengkung panjang ke bawah dan ada yang sampai menyentuh tanah.

Konon awalnya Ayam pelung Berasal dari salah satu kampung di Kecamatan Warung kondang yang terletak di kaki Gunung Gede. Pada tahun 1850, Mama Djarkasih pada suatu malam bermimpi bertemu dengan Eyang Suryakancana. Dalam mimipinya Mama Djarkasih diperintahkan untuk pergi ke suatu tempat mengambil seekor ayam, ketika pergi ke ladang untuk bercocok tanam, beliau melihat seekor anak ayam yang berbulu jarang. Teringat pada mimpinya beliau membawanya pulang ayam tersebut. Setelah ayam itu besar, temyata berbeda dengan ayam kampung pada umumnya, yaitu bersuara sangat panjang dan besar serta berirama merdu. kemudian Mama Djarkasih menyebutnya dengan sebutan Ayam Pelung.

Bagi masyarakat Cianjur kokokan Ayam Pelung digunakan sebagai pertanda bahwa waktu untuk shalat subuh sudah tiba. Ada juga sebagian penduduk yang mempercayai bahwa memelihara Ayam Pelung dapat mendatangkan rezeki, ketentraman, dan kebahagiaan hidup, tentu jika Ayam Pelung tersebut dirawat dengan baik.

Maka dari itu Ayam Pelung menjadi ciri khas daerah Cianjur yang dilestarikan dan dikembangkan sebagai salah satu hewan unggul asli Indonesia. Ayam Pelung memiliki tiga sifat genetik, yaitu suara berkokok yang panjang mengalun, pertumbuhannya cepat dan postur badannya yang besar. Secara fisik, ayam pelung ini memang terkesan besar, beratnya saja bisa mencapai 5-6 kg untuk ayam jantan dewasa dan tingginya antara 40 sampai 50 centimeter.

Dengan kelebihan itulah ayam pelung sering dijadikan arena kontes untuk dinilai, baik dari bentuk, warna dan suaranya. Pada mulanya kontes ini diselenggarakan antar teman yang sama-sama penggemar ayam pelung. Dahulu ajang ini disebut kongkur (conqour) dan sampai sekarang sebutan tersebut masih sering dipakai.

Kongkur biasanya diadakan antara bulan April sampai Juni dan diadakan di lapangan yang luas dan rimbun dari pepohonan serta tidak berisik. Biasanya setiap penyelenggaraan kongkur selalu ramai disaksikan oleh penduduk setempat. Kriterian penilaian mulai dari kesehatan, bentuk, umur, dan suara. Secara fisik ayam pelung tidak terlalu beda dengan ayam kampung biasa, yang menjadi ciri khas dan keunikan ayam pelung ini adalah suara berkokoknya. Bila ayam ini dirawat dan dilatih dengan baik, maka akan menghasilkan suara berkokoknya yang begitu merdu didengar. Ada yang berkokok dengan suara yang panjang, ada yang berirama dan ada juga yang bersuara unik di tengah kukurannya, contohnya “ela-elu-ela” “oooooook”

Kelebihan inilah yang menjadikan ayam pelung dikenal banyak orang, bahkan sampai keluar negeri. Untuk itulah, guna melestarikan dan mengangkat nama ayam pelung ini serta untuk memberikan daya tarik daerah, setiap tahun diadakan kontes ayam pelung yang diikuti pemilik dan pemelihara ayam pelung se-Jawa-Barat dan DKI Jakarta. Ayam pelung terbaik yang menjadi juara kontes harganya bisa mencapai jutaan rupiah.


Kini ayam pelung sudah banyak dikembangbiakkan di daerah pedesaan di Cianjur. Untuk mendapatkan bibit ayam ini bisa datang ke Kecamatan Warungkondang, Pacet, Cugenang, Cianjur dan Cempaka. Sedangkan untuk mendapatkan ayam pelung yang sudah menghasilkan suara bagus, Anda harus merogoh kocek lumayan besar, karena harganya bisa mencapai 10-20 juta per ekor. Sedangkan untuk ayam betinanya yang masih berproduksi bernilai 500 ribu sampai 800 ribu. Harga yang tidak murah bila dibandingkan dengan ayam biasa. Tapi bagi yang hobi dan mencintai keunikan, harga ayam pelung ini sudah sebanding dengan kelebihannya.

Penyakit & Penanggulangannya


Ayam Pelung termasuk jenis unggas yang tahan terhadap penyakit. Tetapi tidak berarti bahwa ayam Pelung tidak dapat diserang oleh penyakit.

1.     Jenis Penyakit
Berikut ini beberapa penyakit yang sering menyerang ayam Pelung :

a. Tetelo (New Castle Desease:ND)
Penyakit tetelo (New Castle Desease:ND)merupakan penyakit ayam yang sangat berbahaya dan sulit ditanggulangi. Penularannya dapat melalui berbagai media, antara lain : Kontak langsung antara ayam sehat dengan ayam yang sakit; Tamu yang masuk kedalam kompleks peternakan membawa bibit kuman penyakit ini; Tempat makan dan minum yang kurang bersih, sehingga mudah ditempeli oleh virus penyakit ini; Burung-burung liar (misalnya burung gereja) yang ikut memakan makanan ayam. Tingkat kematian akibat penyakit ini sangat tinggi, sekitar 10-100%.
  
b. Pilek (snot)
Penyebab penyakit ini adalah bakteri (Hemophilus galiarum). Penularannya dapat melalui berbagai media, antara lain :Kontak langsung antara ayam sehat dengan ayam yang sakit; Melalui udara, debu, makanan dan alat-alat dalam kandang yang kurang bersih; Tamu yang masuk kedalam kompleks peternakan membawa bibit kuman penyakit ini; Burung-burung liar (misalnya burung gereja) yang ikut memakan makanan ayam. Tingkat kematian yang disebabkan oleh penyakit ini juga sangat tinggi.

c. Berak darah (Coccidiocis)
Berak darah (Coccidiocis) dapat menyerang ayam segala umur. Penularannya dapat terjadi melalui : binatang lain (seperti tikus, burung, ayam liar yang masuk kedalam kandang dan telah membawa bibit penyakit atau empat makan dan minum yang kurang bersih.

d. Sesak napas
Sesak napas penyebabnya adalah bakteri (Mycroplasma gallisepticum). Penyakit ini menyerang alat-alat pernapasan, sehingga ayam kesulitan untuk bernapas.

e. Berak Kapur
Berak kapur disebabkan oleh bakteri (Salmonella pullorum). Penyakit ini lebih suka menyerang anak ayam dan ayam dara. Penularannya melalui : Telur; Kontak langsung antara ayam sehat dengan ayam yang sakit; peralatan penetasan dan peralatan-peralatan kandang yang kurang bersih.

2.     Cara Menanggulangi Penyakit
Untuk menghindari kemungkinan terjadinya penularan penyakit, peternak harus segera mengakaratina ayam yang dicurigai sakit, pemberian obat sesuai gejala, melarang atau membatasi tamu yang masuk ke kompleks peternakan. Disamping itu kebersihan peralatan kandang, seperti tempat pakan dan minum serta keadaan kandang harus selalu diperhatikan.